Penambahan bahan organik ke dalam tanah, khususnya pada tanah-tanah dengan bahan bahan organik rendah adalah suatu usaha ameliorasi tanah agar pemberian unsur hara tanaman bisa lebih efektif.
Secara umum pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pada tanah-tanah yang kekurangan bahan organik dan tanah-tanah yang terdegradasi , bahan organik merupakan syarat utama bagi ameliorasi tanah, agar pemberian input hara lebih efisien dan efektif.
Berbagai bentuk bahan organik dapat diberikan, tergantung pada ketersediaannya ditingkat petani, diantaranya jerami padi, pupuk pupuk kandang, pupuk hijau dan sekam padi. Bahan organik yang telah dikomposkan akan memberikan hasil yang lebih baik.
Selama ini upaya petani dalam meningkatkan hasil gabah selalu menggunakan pupuk buatan bahkan dalam jumlah yang cenderung meningkat dari musim ke musim, namun jarang sekali memperhatikan kondisi tanah tempat tanaman tumbuh.
Oleh karen itu tanah yang merupakan benda yang bersifat di-namis maka pengembalian jerami akan memperbaiki kondisi tanahnya. Para ahli pertanian berpendapat bahwa pemberian pupuk buatan sama saja memberikan makan tanaman, dan pemberian bahan organik ke dalam tanah sama halnya dengan memberi makan tanah.
Hal ini di-sebabkan pada tanah banyak terdapat organisme baik yang bersifat makro mau-pun mikro seperti halnya cacing tanah aktinomicetes, bakteri pengurai dan lain-lain Indokator yang paling mudah dilihat bahwa jika tanah banyak mengandung cacing tanah atau organisme tanah lainnya, maka tanah mempunyai kesuburan yang baik, demikian sebaliknya.
Peningkatan kesuburan tanah melalui pemberian bahan organik sangat penting dalam mempertahankan hasil gabah yang tinggi (inokodalam Tim PTT Balitpa, 2001). Namun demikian bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah harus dalam kondisi telah terdekomposisi.
Pengelolaan Jerami Menjadi Pupuk Organik
Jerami padi sangat melimpah pada saat musim panen. Bila hasil gabah rata-rata 5 t/ha maka dalam 1 hektar diperoleh jerami ± 7,5 ton dengan asumsi nisbah jerami adalah 2 : 3 (Ponnamperuma dalam Tim PTT Balitpa, 2001).
Jerami mengandung hara yang lengkap baik berupa hara makro maupun mikro. Secara umum hara N,P,K masing-masing sebesar 0,4 %, 0,2% dan 0,7%, sementara itu kandungan Si dan C cukup tinggi yaitu 7,9 % dan 40% (Tanaka dalam Tim Balitpa, 2001).
Dengan jumlah yang melimpah pada saat panen, maka pengembalian jerami ke dalam tanah merupakan cara yang baik untuk mempertahankan kesuburan tanah.
Sebelum jerami dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman padi dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu :
(1). Pemanfaatan secara langsung.
Hal ini bisa ditempuh apabila jarak antara panen pada musim sebelumnya dengan saat musim berikutnya minimal ada tenggang waktu selama 2 bulan.
Cara ini dapat ditempuh dengan cara yaitu saat panen jerami langsung disebar ke petakan sawah kemudian dimasukkan air sampai tergenang, maka jerami akan terdekomposisi dalam jangka waktu 2 (dua) bulan.
Namun apabila pemanfaatan jerami dilakukan kurang dari 2 (dua) bulan, akan dapat menghambat pertumbuhan tanaman padi.
(2) Pemanfaatan secara tidak langsung yaitu dengan cara dikomposkan sebelum dimanfaatkan.
Cara Pembuatan Kompos Jerami
A. Bahan-bahan antara lain :
- Jerami padi
- Kotoran ternak (Sapi, Ayam, atau Domab) sebanyak 10% dari berat jerami
- Larutan UREA 10%
- Plastik cover
B. Cara Pembuatan :
- Jerami padi kering dicelupka/dipercikkan larutan UREA 10%.
- Jerami basah dihamparkan dilantai atau pematang sawah dengan ukuran panjang ± 3 m, lebar ± 0,8, tebal ± 0,3 m.
- Permukaan atas tumpukan jerami basah ditaburi kotoran ternak.
- Langkah ke 2 dan 3 diulangi sampai ketinggian 1,80 m.
- Tutup bagian atas jerami dengan plastik cover atau jerami kering yang berfungsi untuk menahan panas.
- Setelah 2 minggu, jerami dibalik, kemudian tumpukan jerami ditutup kembali dan diperkirakan 1 bulan setelah itu jerami sudah menjadi kompos.
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan presentase jerami yang diberikan, akan berpengaruh pada hasil gabah keringpane yang diperoleh.
Tabel 1. Pengaruh Jerami Terhadap Hasil Padi Sawah, PTT Maros, MK 2001
No | Pemupukan (Kg/ha) | Jerami *) | Hasil GKP (T/ha) | |||
UREA | ZA | SP36 | KCL | |||
1 | 220 | 50 | 50 | 50 | 100 | 7.24 |
2 | 220 | 50 | 50 | 50 | 75 | 6.56 |
3 | 220 | 50 | 50 | 50 | 50 | 5.84 |
4 | 240 | 70 | 35 | 30 | 0 | 5.77 |
5 | 213 | 60 | 30 | 30 | 0 | 5.72 |
Sumber : Arafah et al, 2001
*) Persentase jerami insitu yang diberikan
Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian jerami dapat meningkatkan jumlah biji bernas/malai pada perlakuan N,NP, PK dan NK, sedang pada perlakuan PK dan NPK pengaruhnya tidak nampak. Demikian pula pengaruhnya terhadap presentase gabah hampa, ada tendensi bahwa pada perlakuan N, NK, PK dan NPK, pemberian jerami dapat menurunkan persentase gabah hampa serta meningkatkan bobot gabah (Tabel 2). Hasil gabah kering panen yang diperoleh dengan pemberian jerami sebanyak 2 ton/ha adalah 6.41 ton/ha dibanding hasil gabah tanpa jerami yang hanya memberikan hasil sebanyak 6,25 ton/ha atau selisih sekitar 160 kg/ha.
Tidak adanya perbedaan yang nyata antara pemberian jerami dengan tanpa jerami disebabkan karena penelitian ini dilaksanakan pada musim pertama, sedangkan pengaruh pemberian jerami biasanya berdampak secara signifikan pada musim berikutnya, karena jerami yang diberikan hanya 2 t/ha. Kalau seluruh jerami diberikan, maka hasilnya sudah nampak pada musim pertama (Tabel 1).
Pengaruh pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan produksi menunjukkan bahwa pemberian pupuk yang tidak diikuti dengan pemberian pupuk N, memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2, pemupukan PK (tanpa N) hasilnya hanya 5,28 ton/ha lebih rendah dan berada nyata dibanding dengan perlakuan dengan pemberian jerami yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa pupuk N sangat diperlukan untuk menopang pertumbuhan dan hasil padi sawah, dan pemberian jerami dapat meningkatkan efisiensi serapan N.
Interaksi pemupukan NPK dengan pemberian jerami (Table 2) terhadap hasil gabah kering panen menunjukkan bahwa pemberian jerami pada pemupukan N, NP, NK, dan NPK tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian jerami, namun pemupukan PK dengan jerami. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jerami pada pemupukan PK tanpa pemupukan dan memberikan pengaruh yang lebih baik.
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian jerami selama 3 (tiga) musim tanam secara berturut mampu memberikan hasil yang tidak berbeda nyata apabila dilakukan pemupukan SP-36 dan KCL dengan dosis masing-masing 50kg/ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak perlu lagi dilakukan pemupukan SP-36 dan KCL pada lahan yang sudah diberikan kompos jerami insitu selama 3 (tiga) musim tanam secara berturut-turut.
Cara Praktis Aplikasi Jerami
Pemanfaatan jerami yang selama ini menjadi hambatan adalah sulitnya dalam aplikasi pada lahan sawah, sehingga perlu dilakukan pendekatan yang lebih mudah dan praktis untuk pengaplikasian jerami pada lahan sawah.
Dibawah ini disajikan secara praktis aplikasi jerami pada lahan sawah seperti berikut :
1. Lakukan pengolaan tanah dengan cara bajak dan satu minggu kemudian diikuti dengan cara rotari (menghan-curkan tanah).
2. Masukkan air kedalam petakan sawah yang tanahnya sudah diolah dua kali (tanah sudah hancur) sampai tergenang.
3. Masukkan jerami yang sudah difermentasi ke dalam petakan sawah.
4. Sebarkan jerami-jerami tersebut, dengan menggunakan garpu atau alat apa saja yang bisa digunakan untuk menarik/menyebar-kan jerami-jerami tersebut pada genangan air.
5. Setelah jerami sudah tersebar merata, keluarkan air dari petakan sawah sampai macak-macak.
6. Lakukan kembali pengolahan tanah sampai jerami tersebut tercampur merata dengan tanah.
Tabel 2. Pengaruh jerami dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah, PTT Maros, MK 2001.
Parameter | ||||||
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah Anakan (batang) | Persentase gabah hampa (%) | Jumlah gabah/malai (butir) | Berat 1000 butir (gr) | Hasil (t/ha) | |
Perlakuan jerami : | ||||||
Jerami (2t/ha) | 90.53a | 10.52a | 16.75a | 136.57a | 23.64a | 6.41a |
Tanpa jerami | 90.32a | 10.46a | 16.97a | 133.02a | 23.07a | 6.25a |
Perlakuan NPK : | ||||||
N | 91.70a | 10.64a | 17.93a | 140.13a | 22.91b | 6.63a |
NP | 91.70a | 10.39a | 15.79ab | 137.33a | 22.74b | 6.37a |
NK | 88.70b | 10.56a | 18.47a | 140.06a | 22.91b | 6.29a |
PK | 86.41b | 10.24a | 18.56a | 121.93b | 23.73ab | 5.67b |
NPK | 93.63a | 10.60a | 13.55b | 134.51ab | 24.49a | 6.67a |
Interaksi : | ||||||
N (tanpa PK) | ||||||
Jerami | 92.73a | 10.65a | 15.59a | 138.30a | 22.46a | 6.46a |
Tanpa jerami | 91.83a | 10.55a | 21.44a | 134.90b | 22.91a | 6.87a |
NP (tanpa K) | ||||||
Jerami | 92.73a | 10.65a | 15.59a | 138.30a | 22.46a | 6.46a |
Tanpa jerami | 90.67b | 10.13a | 15.99a | 136.35b | 23.02a | 6.29a |
NK (tanpa P) | ||||||
Jerami | 90.05a | 10.50a | 15.79b | 146.60a | 22.85a | 6.44a |
Tanpa jerami | 87.35b | 10.63a | 21.16a | 133.52 b | 22.96a | 6.15a |
PK (tanpa N) | ||||||
Jerami | 85.90a | 10.20a | 14.39b | 121.82a | 24.24a | 6.06a |
Tanpa jerami | 86.93a | 10.28a | 22.79a | 122.03a | 23.22b | 5.28b |
NPK | ||||||
Jerami | 92.40a | 10.50a | 11.25b | 130.75b | 25.71a | 6.67a |
Tanpa jerami | 94.85a | 10.70a | 15.86a | 138.28a | 23.27b | 6.68a |
KK (%) | 2.99 | 6.28 | 23.91 | 9.52 | 5.56 | 7.11 |
Keterangan :
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata.
- Sumber N = UREA 200 kg/ha, P = SP-36 75 kg/ha, K = KCL 75 kg/ha dan jerami 2 t/ha
Tabel 3. Pengaruh Pemupukan P dan K pada Pemberian Jerami Selama 3 MT pada Tanaman Padi Sawah, Mattoanging, Maros, MK 2002.
Parameter | |||||||
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah Anakan (batang) | Gabah hampa (%) | Jumlah gabah/malai (butir) | Berat 1000 butir (gr) | Hasil (t/ha) | ||
1. | 50 kg SP36 + 50 kg KCL/ha | 90.07tn | 14.17tn | 127,33tn | 9,79tn | 23,86tn | 5.22tn |
2. | 50 kg SP36 + 0 kg KCL/ha | 89,87 | 12,87 | 126,00 | 15,82 | 23,18 | 5.11 |
3. | 0 kg SP36 + 50 kg KCL/ha | 89,17 | 12,53 | 124,33 | 11,48 | 23,38 | 5.04 |
4. | 25 kg SP36 + 25 kg KCL/ha | 89,10 | 12,23 | 132,00 | 11,57 | 23,17 | 5.04 |
5. | 0 kg SP36 + 0 kg KCL/ha (kontrol) | 88,83 | 12,80 | 123,67 | 14,05 | 23,33 | 4.89 |
KK (%) | 1,59 | 7,52 | 8,63 | 54,20 | 2,66 | 5,84 |
Sumber : Arafah, et al., 2002
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian kompos jerami pada lahan sawah dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik pada tanaman padi sawah.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah., S. Saenong., N. Razak., H. Tabrang dan Abd Fattah., 2001. Pengkajian dan Irigasi Berdasarkan Pengelolaan Tanaman dan Suberdaya Terpadu di Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Hasil Pengkajian.
Arafah., S. Saenong., N. Razak., Abd Fattah dan Syamsiar., 2002. Pengkajian dan Pengembangan Intensifikasi Padi Lahan Irigasi Berdasar Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Lapoarn Hasil Pengkajian.
Tim PTT Balitpa, 2001. Penggunaan Kompos Jerami Menunjang Program Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balipa Sukamandi.