1 Suro 2021 Jatuh pada 1 Muharram, 10 AGustus 2021, Ini Mitos dan Faktanya

INFOJATENGTERKINI.COM — 1 suro 2021 jatuh pada tanggal 10 Agustus 2021 hari ini, Peringatan tahun baru Islam atau 1 Muharam tahun 2021, biasanya pada malam 1 Muharram bagi masyarakat Jawa dianggap sakral dan mistis.

Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat.

Padahal sebenarnya malam 1 Muharram adalah malam penuh kemuliaan untuk umat Islam.

Bagi umat Islam, 1 Muharam adalah tanggal yang penting untuk memperingati hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah.

Tidak hanya melakukan beberapa ritual dan tradisi, banyak juga mitos yang menyelimuti Malam 1 Muharram ini.

Berikut lima mitos di malam 1 Muharram dikutip dari berbagai sumber.

1. Dilarang Bepergian Keluar Rumah

Adanya kepercayaan mistis pun membuat sebagian orang percaya pada mitos dan pantangan yang harus dipatuhi pada malam 1 Muharram.

Misalnya saja, masyarakat Jawa percaya lebih baik berdiam diri di rumah pada malam Tahun Baru Jawa ini.

Pasalnya, jika nekat pergi ke luar, ada mitos yang menyebut kesialan dan hal buruk akan datang menimpa.

2. Tidak Boleh Mengadakan Pesta

Sebuah pantangan bagi budaya Jawa jika orang tua menikahkan anaknya pada bulan Muharram.

Kepercayaan mereka mengatakan, jika tetap dilakukan maka keluarga akan mendapat kesialan.

Beberapa juga mengatakan kalau hal itu hanyalah mitos belaka.

3. Makhluk Halus Bergentayangan

Mitos yang tidak kalah menyeramkan adalah akan banyak makhluk halus bergentayangan pada Malam 1 Muharram.

Konon, Malam 1 Muharram ini identik dengan pestanya makhluk halus, sehingga mereka akan keluar di malam yang dikeramatkan ini.

4. Tidak Boleh Pindah Rumah

Selain itu, masyarakat Jawa juga pantang pindah rumah pada malam 1 Muharram.

Sebagian orang percaya untuk tidak melakukan pindahan rumah ketika malam 1 Muharram lantaran dianggap bukan hari baik.

Serupa dengan pantangan bepergian, pantangan pindah rumah ini juga diyakini akan mendatangkan kesialan jika dilanggar

5. Arwah Leluhur Akan Kembali ke Rumah

Meski sudah tidak berkembang luas, namun beberapa kalangan masih meyakini bahwa di Malam 1 Muharram, arwah leluhur mereka akan pulang ke rumah.

Makanya, ada larangan untuk keluar rumah pada Malam 1 Muharram untuk menyambut arwah leluhur yang datang.

Dalam kalender hijriyah, Tahun Baru Islam jatuh setiap tanggal 1 Muharram.

Dalam tradisi Jawa, 1 Muharram disebut juga sebagai malam 1 Suro.

Dalam budaya Islam tanggal tersebut merupakan hari suci karena sebagai penanda resolusi kalender Islam, dalam tradisi Jawa justru dianggap sakral dan mistis.

Malam satu Suro juga dikenal dengan banyak mitos yang dipercaya masyarakat.

Lantas, apa saja mitos dan fakta malam satu suro?

Mitos dan Fakta Malam Satu Suro

1. Bulan Muharram termasuk bulan haram

Dalam agama Islam, bulan Muharram (dikenal orang Jawa sebagai bulan Suro) adalah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram.

Dalam firman Allah Ta’ala berikut (yang artinya), “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Menurut Abu Bakroh, Nabi Muhammad S.A.W bersabda, “Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Artinya dalam satu tahun ada 12 bulan, di antara ada empat bulan haram (suci).

Bulan tersebut adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari)

Lalu kenapa bulan tersebut disebut bulan haram?

Menurut Al Qodhi Abu Ya’la ahimahullah, ada dua makna bulan haram.

Pertama bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan.

Kedua adanya larangan berbuat buruk ditekankan karena bulan ini lebih baik dari bulan lainnya.

2. Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)

Nabi Muhammad S.A.W bersabda, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah shalat wajib adalah salat malam.” (HR. Muslim)

3. Misteri Malam Satu Suro Menurut Islam

Dalam ajaran Islam, mencela waktu termasuk bulan hukumnya adalah haram.

Mencela termasuk kebiasaan orang-orang kafir jahiliyah. Mereka menganggap, yang membinasakan dan mencelakakan mereka adalah waktu.

Allah pun mencela perbuatan mereka ini, sebegaimana pernah dijelaskan dalam firman-Nya,

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)’, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah [45] : 24).

Perbedaan Malam 1 Suro dan 1 Muharram

Secara umum, 1 Muharram dan Malam 1 Suro adalah sama.

Yang membedakan keduanya hanyalah dalam hal penyebutan dan tradisi yang mengiringinya.

Jika 1 Muharram adalah penanda tahun baru hijriah, 1 Suro adalah tradisi serupa dalam budaya Jawa.

Sebagaimana dicatat Muhammad Solikhin dalam Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010), kata “Suro” sendiri berasal dari bahasa Arab “Asyura” yang artinya sepuluh.

Yang dimaksud dengan Asyura adalah hari ke sepuluh pada bulan Muharram.

Sementara dalam hal tradisi, jika dalam Islam malam 1 Muharram dimaknai dengan penuh kesucian, budaya Jawa justru sebaliknya.

Malam 1 Suro dimaknai sebagai malam sakral, penuh mistis.

Sehingga dalam menyambutnya, berbagai upacara-upacara peringatan penuh klenik dilakukan.

Malam 1 Suro dimaknai sebagai malam mistis tak terlepas dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya.

Muhammad Solikhin, misalnya, berpandangan, faktor terpenting yang menyebabkan bulan Suro dianggap sakral adalah budaya keraton.

Ia menulis, keraton sering mengadakan upacara dan ritual untuk peringatan hari-hari penting tertentu, salah satunya peringatan Malam 1 Suro.

Peringatan ini pada akhirnya terus diwariskan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Lebih lanjut, terkait mengapa Malam 1 Suro dimaknai secara mistis, pengajar Sastra Jawa di Universitas Indonesia Prapto Yuwono memberi penjelasan.

Hal ini adalah imbas dari politik kebudayaan dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Pada kurun 1628-1629.

Kala itu, Mataram mengalami kekalahan dalam penyerbuannya ke Batavia, yang akhirnya membuat Sultan Agung melakukan evaluasi.

Setelah penyerbuan itu pula, pasukan Mataram yang menyerang Batavia telah terbagi ke dalam pelbagai keyakinan seiring semakin masifnya Islam di tanah Jawa.

Kondisi tersebut akhirnya membuat pasukan Mataram tidak solid.

Kemudian, untuk merangkul semua golongan yang terbelah, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Kesakralan Malam 1 Suro juga juga tak terlepas dari komposisi sosiologis masyarakat Jawa yang masih sangat bersifat paganistik Hindu.

Bahkan, nuansa animisme dan dinamisme masih terlihat sangat kental.

Hal tersebut terlihat dengan adanya berbagai macam sesaji yang digunakan dalam pelaksanaan prosesi peringatan. (berbagai sumber)

Check Also

Taruna Akpol

Kurang 4 Hari Lagi, Pendaftaran Akpol, Bintara Polri atau Tamtama 2024

INFOJATENGTERKINI.COM — Bagi Anda yang ingin mengabdi menjadi Taruna Akpol, Pendaftaran Akademi Polisi (Akpol) tahun …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *